SMP Ulul Albab Candipuro

Kurangnya Fasilitas Pendidikan di Dusun Ridang

Ranubedali,- Setelah melakukan trust building selama tiga hari, salah satu kesimpulan yang dapat diambil bahwa di Dusun Ridang pendidikannya sangat lemah, dilihat dari mayoritas profesi masyarakat di Dusun Ridang adalah sebagai peternak sapi, pembuat sapu lidi dan menjual kelapa muda.
Hal itu disampaikan langsung oleh Rizal sepulang nge-PAR hari ketiga di Dusun Gunung Ridang bersama Mia, Eli dan Laila. 

Senada dengan itu Ibu Muslih mengatakan bahwa profesi guru itu tidak dapat menjamin kebutuhan sehari-hari di sini.  

"Ada pemuda yang berprofesi sebagai guru dan penghasilannya pun tidak cukup untuk kebutuhannya dan ya kembali lagi dia akhirnya memelihara sapi seperti penduduk yang lain untuk memenuhi kebutuhan," ungkapnya. 

Selain itu fasilitas pendidikan juga tidak ada, seperti halnya anak-anak warga sekitar harus bersekolah di desa sebelah yang sudah masuk area Probolinggo. 

“Anak-anak di dusun Gunung Ridang Kalau sekolah SD itu masih ke desa sebelah Tegalsono dan itu pun sudah masuk area Probolinggo," imbuh Ibu Muslih. 

Selapas SD, lanjut ibu yang sudah berumur 50 tahun itu, untuk melanjutkan jenjang pendidikan lainnya itu bersekolah atau mondok keluar. Kebanyakan pesantren tujuan ya lembaga yang ada di Probolinggo tepatnya Tegal Siwalan, ada juga yang jauh seperti di Sidogiri dan yang lain. 

Anak-anak disini pun kebanyakan enggan bersekolah di Desa Ranubedali karena jaraknya yang jauh, lebih baik sekolah di Probolinggo karena lebih dekat.

Hal lain perihal pendidikan, maindset yang terbangun pada warga bahwa sekolah formal tidak terlalu penting melainkan ilmu agama yang harus lebih dikedepankan, karena moral dan sopan santun lebih baik.

"Sebab menurut dulu sekitar tahun 1990-an banyak terjadi kasus gantung diri (bunuh diri) disini dan itu pun disebabkan karena putus cinta, tidak didapat restu dari orang tua, maka dilihat dari kejadian itu pendidikan agama lebih penting dan berpengaruh untuk mereka," pungkas Ibu Muslih. 

Pewarta: Siti Khuliatul Khilmia | Editor: M Hasyim Azhari